Judul Buku : Sansevieria Flora Cantik Penyerap Racun
Penulis : Arie Wijayanti Purwanto
Tahun Terbit : 2008
Sansevieria
atau yang lebih dikenal dengan nama “lidah mertua” ini merupakan tanaman
perintis. Maksud dari tanaman perintis adalah tanaman purba yang mampu bertahan
hidup dalam kondisi ekstrem, saat tanaman lain tidak bisa bertahan hidup.
Tanaman yang tergolong famili Agaveaceae ini habitat aslinya adalah daerah
tropis yang kering dan mempunyai iklim gurun yang panas. Tanaman ini mempunyai
keindahan daun yang mempesona. Mulai dari motif, warna, bentuk, serta ukurannya
menyebabkan tanaman ini diburu orang.
Sansevieria
ini mempunyai keunggulan yang jarang ditemukan pada tanaman lain. Diantaranya
sangat resisten terhadap polutan bahkan mampu menyerapnya. Hal itu dikarenakan
sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang mampu mereduksi
polutan menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Oleh
karena itu, sansevieria sangat bagus diletakkan di dalam ruangan, maupun
dijadikan penghias taman dijalan-jalan yang lalu lintasnya padat sebagai anti
polutan(airfresherner).
Sebagaimana
tanaman monokotil lainnya, akar sansevieria berupa akar serabut. Selain akar
serabut, ciri khas lain dari sansevieria adalah mempunyai rizhoma yang tumbuh
menjalar di atas permukaan tanah atau tumbuh di dalam tanah. Bunga sansevieria
termasuk berumah dua. Artinya, benang sari dan putik terletak pada bunga yang
berbeda. Biji sansevieria akan masak pada setelah umur 2-5 bulan, dan bijinya bersifat diploid. Artinya
terdapat dua embrio dalam satu biji sehingga kemungkinan akan menghasilkan 2
jenis tanaman baru yang berbeda.
Sansevieria
dapat mengalami mutasi. Sansevieria yang mengalami mutasi akan berubah warna,
guratan, dan bentuk daunnya. Umumnya, daun tanaman menjadi varigata yaitu corak
dan warna daun menjadi tidak merata. Terkadang, perubahan tersebut bisa
mendongkrak harga menjadi berkali-kali lipat hingga mencapai jutaan rupiah.
Untuk
pot yang cocok untuk sansevieria adalah dapat disesuaikan dengan jenis
sansevieria. Sedangakn untuk media tanamnya, umumnya merupakan campuran dari
bahan-bahan poreus, bahan organik, dan tanah. Beberapa bahan yang dapat digunakan
sebgai media tumbuh sansevieria antara lain arang sekam : pasir malang : pupuk
kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Untuk
pemeliharaan sansevieria tidaklah sulit, karena sansevieria bukanlah tanaman
yang membutuhkan perawatan ekstra. Kebutuhan cahaya sansevieria sebesar 1.000-10.000 food candle. Sehingga dapat
diletakkan dalam ruangan. Untuk mencukupi kebutuhan akan cahaya, sinar matahari
dapat diganti dengan cahaya lampu. Akan tetapi, tetap saja sesekali tanaman
harus dikeluarkan untuk mencegah terjadinya etiolasi akibat kekurangan cahaya.
Suhu
optimal bagi sansevieria berkisar antara 24-290C pada siang hari dan
18-210C pada malam hari. Akan tetapi, tanaman ini masih tahan pada
suhu yang ekstrem panas. Suhu rendah justru dapat menghambat pertumbuhannya.
Sansevieria
tidak membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk tumbuh dan berkembang.
Tanaman ini mampu menyimpan kelebihan air dalam sel-sel daunnya. Sedangkan
untuk pemupukan sama seperti tanaman lainnya. Cara pemupukan dapat melalui akar
atau daun. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk majemuk. Artinya, pupuk yang
kandungan nutrisinya lebih dari satu unsur. Tanaman sansevieria membutuhkan
komposisi N-P-K seimbang, terlebih apabila warna daun tanaman kuning.
Sansevieria
termasuk tanaman yang mudah untuk diperbanyak. Perbanyakan tanaman dapat
dilakukan secara generatif dengan biji ataupun secara vegetatif dengan stek,
pemisahan anakan, cabut pucuk, dan kultur jaringan (cloning).
Hama
pada sansevieria umumnya dari jenis serangga yang merusak tanaman, sedangkan
penyakit yang menyerang adalah jamur dan bakteri. Hama yang sering menyerang
sansevieria adalah siput dan thrips. Sedangkan penyakit yang menyerang
sansevieria adalah busuk lunak (bacterial stem rot), busuk akar, dan bercak
daun. Untuk pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara
pengendalian mekanis, sanitasi, kultur teknik, pengendalian kimiawi, dan
biopestisida nabati.
0 komentar:
Posting Komentar